Bagaimana Menjadi Contoh dan Memberi Contoh
Satu hal yang membuat aku menjadi terus bersemangat untuk pergi mengajar ke sekolah adalah dengan melihat siswa-siswi yang ceria. Bisa melihat siswa pagi-pagi dengan senyuman yang lugu dan polos adalah kebahagiaan tersendiri. Entahlah, mungkin inilah cara Tuhan membuat aku terus bisa menikmati kegiatan mengajar di sekolah.
Aku pun mulai menyadari bahwa menjadi contoh itu jauh lebih sulit ketimbang memberi contoh. Jika memberi contoh bisa dilakukan dengan ucapan atau keterangan-keterangan lisan, tapi jika menjadi contoh berarti harus siap dengan segala asfek tingkah dan laku. Contohnya, menjadi contoh ketika salat berjamaah. Bila hanya berkoar-koar untuk menuntut agar siswa harus salat jamaah, maka sulit bagi mereka untuk beranjak dari tempat duduk, tapi bila kita sendiri yang lebih dulu melangkahkan kaki ke masjid, maka tanpa disuruh pun mereka akan membututi dari belakang. Itulah hebatnya menjadi contoh.
Belakangan aku sering membutikan bagaimana membuat anak-anak mau menuruti apa yang aku inginkan. Caranya cukup aku yang lebih dulu melakukan. Ada pun perintah bisa menyusul dengan sekenanya saja. contoh bila aku ingin anak-anak membaca al-Qurannya maka aku yang lebih dulu memulai membaca al-Quran, kemudian aku mengeluarkan kata-kata, “Ayo buka al-Qurannya.” Aku tidak perlu menyuruh membacanya, tapi dengan sendirinya mereka dengan senang hati membaca al-Qurannya.
Tapi terkadang aku tidak bisa terlalu serius. Aku juga butuh canda. Sehingga para siswa pun kembali berbicara. Ini yang masih belum bisa kulakukan. Namun akan terus kucoba untuk lebih baik dan lebih baik lagi. semoga bisa.
Sumber http://basindon.blogspot.com/
0 Response to "Bagaimana Menjadi Contoh dan Memberi Contoh"
Post a Comment